Selasa, 30 Maret 2010

IBD

Menurut saya, banyak kebudayaan yang menarik yang berasal dari jawa. Karena kedua orang tua saya berasal dari jawa, maka saya telah terbiasa melihat atau menyaksikan secara langsung kebudayaan tersebut. Salah satu kebudayaan jawa yang menarik bagi saya adalah kebudayaan Wayang Kulit.

Di zaman modern seperti ini banyak sekali orang-orang yang melupakan kebudayaan negeri sendiri, kita cenderung lebih senang dengan kebudayaan asing. Seperti kebudayaan wayang kulit yang hampir punah tetapi saat ini masih banyak yang melestarikan kebudayaan wayang kulit tersebut.

Semenjak saya kecil, ayah saya gemar menonton wayang kulit baik secara langsung maupun melalui televisi bahkan ada beberapa koleksi tokoh wayang kulit yang di koleksi oleh ayah saya di rumah. Saat ayah saya menonton wayang kulit di televisi, saya mulai tertarik dengan lakon yang di perankan wayang tersebut.

Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.

Cerita yang dibawakan oleh para dalang menarik bahkan terkadang menggelikan. Apalgi dengan iringan gamelan serta suara sinden yang begitu medu. Wah, hal tersebut yang paling menarik bagi saya.

Tidak banyak tokoh pewayangan yang saya ketahui, hanya beberapa tokoh pewayangan yang saya ketahui antara lain tokoh pewayangan Ramayana seperti Sita dan Rawana, pewayangan Mahabharata seperti Arjuna, Gatotkaca, Cakil, pewayangan Punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Dari sekian banyak tokoh pewayangan, tokoh yang paling saya suka adalah Semar, Gareng, Petruk dan Gareng.